welcome to princess palace


Get your move for world better
now and forever

Minggu, Oktober 31, 2010

Perpustakaan Ideal Meningkatkan Minat Baca

Oleh: Putri Hana

Di era globalisasi ini, buku hampir-hampir dilupakan. Untuk mendapatkan informasi, masyarakat cenderung senang menggunakan internet yang notabene lebih cepat. Baru-baru ini e-book yang tenar dengan layanan berbagai jenis buku mulai menggantikan posisi buku. Buku elektronik ini tentu saja berbeda dengan buku konvensional yang pada umumnya terdapat di perpustakaan-perpustakaan biasa. Bentuknya berupa softfile dengan ekstensi khusus.

Minat baca pun menurun seiring bertambahnya layanan-layanan internet. Beragam layanan internet ini lebih banyak menawarkan kemudahan jaringan seperti facebook yang membuat banyak orang lupa waktu. Di sudut-sudut ruangan, warung kopi (kafé) dan tempat umum yang memiliki free hotspot, semua umur mengharap keberuntungan dengan permainan poker. Siang dan malam tak ada bedanya, yang penting online dan meraup chip sebanyak mungkin sehingga membaca dianggap aktivitas kuno.

Buku adalah jendela dunia, bukan berarti digitalisasi buku seperti e-book tidak mampu memberi kontribusi pengetahuan dunia. Sedangkan keberadaan e-book hanya dapat digunakan sebagian orang. Selain kendala terbatasnya kepemilikan masyarakat luas, jarang ditemui orang dapat menatap monitor selama berjam-jam hanya untuk membaca e-book dengan ratusan halaman. Situasi ini tentunya tidak efektif dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat. Namun buku merupakan sarana baca yang dapat menyentuh semua lapisan masyarakat. Mudah dibawa kemana-mana, dibaca dalam gerbong atau bus, ditenteng bocah kecil hingga eksekutif muda dan bahkan sampai tertidur sekalipun. Buku pun menjadi ladang ilmu yang tidak pernah habis.

Perpustakaan sebagai wadah baca dan penyediaan buku akhir-akhir ini kurang diminati lagi. Alasan sepinya pengunjung di perpustakaan akibat koleksi buku yang tidak lengkap sehingga kedatangannya hanya menuai kecewa. Belum lagi pegawai perpustakaan yang kurang profesional dan tidak menguasai klasifikasi buku menyebabkan lamanya waktu mencari sebuah buku. Tidak luput pula kondisi tata ruang yang kadang menjenuhkan, tidak rapi dan semerawutan.

Mengingat besarnya manfaat buku dan kurangnya minat baca serta kunjungan perpustakaan maka seharusnya ada ruang tersendiri untuk memikirkan hal ini. Mula-mula perpustakaan harus menjadi ikon suatu wilayah (kota dan sekolah) yang menarik sehingga orang-orang mulai mencari tahu. Pelayanan dilakukan oleh pegawai yang berkemampuan dan mengesankan. Kondisi tata ruang yang proporsional dan rapi supaya pengunjung merasa nyaman, kemudian sistem keanggotaan yang dibuat berbeda dan adanya agenda kegiatan spesial. Hal ini akan membentuk pola pikir baru dalam masyarakat akan perpustakaan dan minat baca akan terpacu secara tersendirinya.

Pertama, menjadikan perpustakaan sebagai ikon wilayah (baik sekolah maupun kota).
Meskipun tidak mutlak perpustakaan harus mewah dan luas menampung banyak orang namun ada pilihan yang lebih baik. Pilihan tersebuat adalah membangun perpustakaan dengan konstruksi menarik dimana performance dibuat bergengsi dan kondisi ruangan yang nyaman. Bangunan dibuat dengan satu bagian utama berupa lingkaran (ruang baca umum) dan setiap arah empat mata angin ditempatkan ruang baca khusus berupa segi empat. Empat ruangan khusus tersebut didesain menurut tipikal manusia yakni auditori, visual, taktile dan kinestetik. Penempatan sudut keempat ruangan ini didasarkan pada arah terbit dan terbenamnya matahari sehingga tercipta visualisasi mengagumkan. Selain itu, pembagian klasifikasi buku dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan akses pengguna. Penjabaran lebih lanjut mengenai usulan konstruksi dan pembagian ruang secara khusus dapat dikonsultasikan dengan konseptor.

Kedua menyangkut fasilitas pelayanan perpustakaan, meliputi kuantitas dan kualitas buku. Koleksi buku yang disediakan mencakup sedapat mungkin literatur-literatur lampau sampai sekarang. Jumlahnya pun tidak sedikit. Selain itu, pelayanan sistem keanggotaan direncanakan lebih unik, kartu anggota dibuat eksklusif dengan sistem pembaharuan keanggotaan setiap tiga bulannya kecuali pada kondisi yang tidak bisa dihindari. Persyaratan pembaharuan keanggotaan lainnya adalah tepenuhinya jumlah buku bacaan yang ditetapkan dalam peraturan. Adapun keistimewaan dari anggota perpustakaan berupa fasilitas ruang baca khusus. Dan hanya anggota perpustakaan yang dapat mengikuti agenda spesial. Agenda kegiatan spesial dapat berupa lomba kreatif atau tour ke perpustakaan-perpustakaan di dunia. Pelayanan yang tidak kalah pentingnya yakni pengkondisian suasana kondusif, kesantunan pegawai dan ketegasan peraturan bagi pelanggar. Karena pengunjung satu dengan lainnya memiliki perbedaan sehingga perlu diberlakukan peraturan yang bersifat universal dan dipatuhi.

Terakhir, pentingnya agen penyedia. Baik buku yang memenuhi kualitas dan kuantitasnya juga pegawai perpustakaan yang berkemampuan lebih. Dengan adanya brand memukau dari perpustakaan tentunya memicu sensasi psikolog bagi khalayak ramai untuk berpartisipasi dalam pengelolaan perpustakaan ini. Sehingga dapat diadakan kerjasama dalam penyediakan buku, sarana baca yang lain dan pegawai berkemampuan serta hal-hal lainnya yang diperlukan. Agen penyedia itu dapat berupa penerbit, penulis, perpustakaan lain dan lembaga-lembaga yang turut prihatin dengan kondisi minat baca bangsa Indonesia. Termasuk dalam hal ini universitas yang memiliki kepakaran di bidang perpustakaan untuk merekomendasikan alumni yang dapat diandalkan. Tidak menutup kemungkinan pula pihak luar untuk turut berkontribusi dengan tanpa adanya kepentingan-kepentingan pribadi.

Perencanaan diatas dibuat berdasarkan tipe-tipe kekhasan manusia yang menjadi sifat dasarnya seperti eksklusivitas yang berkualitas. Hal inilah yang memberi sensasi psikologi yang besar dan sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat sampai pada terbentuknya insan pustaka sesungguhnya.

Segala bentuk perencanaan tersebut kadang terkendala oleh modal yang mendanai. Namun, jika hendak mengubah negeri ini dengan meningkatkan minat baca maka jangan setengah-setengah lagi. Pengeluaran dana yang besar itu tidak ada nilainya jika para pemuda penerus bangsa ini berpengetahuan banyak, berpikir kritis, berpola pikir strategi, berkemauan besar, komitmen dan bersikap positif.

Untuk pendanaan keberlangsungan perpustakaan dapat melakukan usaha-usaha kreatif, semisal mewadahi semua toko buku yang ada di wilayah tersebut (kota) atau melakukan bazar. Mungkin tidak jauh dari berdirinya bangunan perpustakaan dibuat pula kafe dengan panorama unik. Tentu saja peletakan bangunan kafe ini meninjau sudut-sudut ruang dan pencahayaan sehingga menimbulkan efek khas yang glamor. Salah satu syarat menikmati kafe ini adalah memiliki kartu perpustakaan dimana untuk mendapatkan kartu harus membaca buku dan memahami bacaan yang disepakati. Bahkan konstribusi bedah buku yang mendatangkan penulisnya langsung juga akan menjanjikan dalam usaha pendanaan perpustakaan. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mendanai perpustakaan jika kualitas yang disajikan tidak terbantahkan lagi.

Khusus untuk perpustakaan sekolah, pengadaan konstruksi tidak terlalu mendominasi namun dapat dicoba sebagai motivasi. Yang terpenting adalah kondisi nyaman, tenang, koleksi literatur yang lengkap dan pegawai yang sabar serta ramah. Sistem keanggotaan tidak perlu diadakan pembaharuan secara rutin, cukup dengan ketepatan pengembalian buku dan konfirmasi keterlambatan yang ditekankan. Hal ini akan menempa rasa tanggung jawab para siswa dan akan menjadi kebiasaan baik. Taktik lainnya adalah para guru merekomendasikan buku-buku perpustakaan sebagai bahan pengerjaan tugas.

Satu momen terbesar yakni festival perpustakaan dapat meningkatkan rasa keingintahuan, karena ketidaktahuan dalam suasana intelek akan sinkron dengan rasa ingin tahu akibat “malu”. Festival ini melibatkan perpustakaan sendiri, kemudian pustakawan, pemerintah dan masyarakat luas. Di beberapa hari yang ditetapkan diselenggarakan bazaar, diskusi, lomba, pameran, arak-arakan dan doorprize menggiurkan.

Perencanaan perpustakaan ideal ini berakhir dan hendak dimulai pengadaannya. Mimpi akan idealisme perpustakaan ini sudah membayang semakin dekat tinggal segera direalisasikan. Dan perpustakaan ideal ini bukan sekedar mimpi lagi tetapi menjemput momen tepat untuk dilaksanakan. Maka atas kesadaran seluruh masyarakatlah yang dapat mewujudkannya.

Tidak ada komentar: